Rabu, 01 April 2009

TEKNIK PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP, PENALARAN DAN KOMUNIKASI, PEMECAHAN MASALAH

A. Penyusunan Instrumen Penilaian Pencapaian Kompetensi Aspek Pemahaman Konsep - Penalaran dan Komunikasi – Pemecahan Masalah

Hasil belajar siswa pada setiap kompetensi dasar harus diukur. Untuk itu perlu dibuat instrumen penilaian (dapat berupa soal atau perintah tugas).

1. Bagaimana peran indikator pencapaian kompetensi, indikator pencapaian aspek-aspek kompetensi, dan indikator penulisan butir soal dalam penyusunan instrumen penilaian?
a. Setiap menyusun instrumen penilaian terlebih dahulu harus ditentukan ruang lingkup kemampuan dan kemampuan esensial yang akan diukur pada suatu kompetensi dasar. Ruang lingkup kemampuan dan kemampuan esensial yang akan diukur ditentukan dengan mengacu pada indikator-indikator pencapaian kompetensi yang dibuat guru (pada draft ’Kurikulum 2004’ indikator ini sudah tersedia).

b. Setelah ditentukan ruang lingkup kemampuan dan kemampuan esensial yang akan diukur, selanjutnya penyusunan instrumen mengacu pada indikator pencapaian aspek-aspek kompetensi yaitu aspek pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, pemecahan masalah yang terdapat pada Peraturan Dirjen Dikdasmen tertanggal 11 November 2004 tentang Bentuk dan Spesifikasi Buku Laporan Perkembangan Anak Didik dan Buku Laporan Hasil Belajar Siswa.

c. Bagaimana peran indikator soal dalam penyusunan suatu instrumen penilaian? Indikator penulisan butir soal atau indikator soal dibuat dalam rangka menyusun suatu perangkat tes yang akan digunakan untuk ulangan umum atau ulangan harian. Pada umumnya suatu perangkat tes (khususnya pada ulangan umum) mengukur beberapa macam kemampuan (kompetensi dasar). Agar representatif maka perlu dibuat pemetaan berupa kisi-kisi tes. Indikator soal menjadi bagian dari kisi-kisi tes. Mengapa perlu dibuat indikator soal? Perlu diingat bahwa sebelum perangkat tes digunakan, maka lazimnya dilakukan telaah dan uji coba. Indikator soal menjadi acuan penting dalam telaah butir-butir soal oleh pihak lain. Kecuali itu, ada kalanya penulis butir soal bukan penyusun kisi-kisi tes. Siapapun penulis butir soal, maka adanya indikator soal akan lebih menjamin dihasilkannya butir soal dengan kualitas yang relatif sama.



2. Apakah setiap satu instrumen penilaian sebaiknya hanya mengukur satuaspek saja ataukah lebih dari satu aspek kompetensi? Bagaimana hubungannya dengan bentuk instrumen penilaian yang dipilih?
a. Menurut draft ’Kurikulum 2004’ mata pelajaran matematika SMP, aspek aspek kompetensi (kemahiran) matematika terdiri dari kemampuan dalam: (1) pemahaman konsep, (2) pemahaman prosedur, (3) penalaran, (4) komunikasi, (5) pemecahan masalah dan (6) penghargaan terhadap kegunaan matematika. Selanjutnya menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen tertanggal 11 November 2004 tentang Bentuk dan Spesifikasi Buku Laporan Perkembangan Anak Didik dan Buku Laporan Hasil Belajar Siswa pencapaian kompetensi matematika siswa SMP yang harus dilaporkan kepada orang tua dikelompokkan menjadi 3 aspek yaitu: (1) pemahaman konsep (di dalamnya sudah termasuk prosedur), (2) penalaran dan komunikasi, (3) pemecahan masalah. Untuk sikap dan minat terhadap matematika yang dipelajari dapat dilaporkan dalam kolom catatan guru pada tiap mata pelajaran ( Bila menginginkan keleluasaan dalam mendeskripsikan catatan maka kolom catatan guru dibuat dalam bentuk lampiran yang ditandatangani wali kelas/kepala sekolah). Dengan mengingat pengertian kompetensi yaitu suatu kebulatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap maka berarti aspek-aspek itu sebenarnya satu kesatuan.

b. Ingat pernyataan yang ditarik dari kenyataan karakteristik materi matematika berikut ini.
1) Jika ingin memiliki penalaran yang baik maka belajarlah matematika, dan bila ingin memahami matematika dengan baik maka pelajarilah matematika dengan menggunakan penalaran.
2) Hasil belajar matematika adalah siswa mampu memecahkan masalah dengan memanfaatkan objek-objek matematika yang dipelajari, baik objek langsung (fakta, konsep, prinsip, skill) maupun tidak langsung (misalnya pola pikir).
Pernyataan pertama mengisyaratkan bahwa objek-objek matematika dipelajari melalui penalaran. Pernyataan kedua mengisyaratkan bahwa kemampuan puncak yang seharusnya dimiliki siswa dalam belajar matematika adalah mampu memecahkan masalah yang didalamnya menuntut kemampuan pemahaman konsep dan penalaran. Kemampuan penalaran diperlukan dalam mengasah kemampuan pemahaman konsep maupun pemecahan masalah seperti maksud pada pernyataan pertama. Ingat bahwa penalaran adalah suatu proses atau aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat pernyataan baru yang benar berdasarkan pada pernyataan yang telah dibuktikan (diasumsikan) kebenarannya.

c. Memperhatikan uraian pada 2a dan 2b di tas maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya antar aspek-aspek kompetensi yaitu pemahaman konsep, penalaran-komunikasi, dan pemecahan masalah tidak saling terpisah. Oleh karena itu dari respon siswa memecahkan masalah (dengan bentuk instrumen bukan soal objektif) sebenarnya kita dapat mendeteksi sekaligus kemampuan siswa dalam pemahaman konsep, penalaran-komunikasi, dan pemecahan masalah. Dari respon siswa menunjukkan kemampuan pemahaman konsep (dengan bentuk instrumen bukan soal objektif) sebenarnya kita dapat mendeteksi sekaligus kemampuan siswa dalam pemahaman konsep, dan penalaran-komunikasi.

d. Memperhatikan uraian 2b dan 2c di atas berarti satu instrumen penilaian dengan bentuk instrumen bukan soal objektif dapat digunakan untuk mengukur 3 aspek sekaligus (pemahaman konsep, penalarankomunikasi, dan pemecahan masalah), asalkan materi dalam instrumen berupa pemecahan masalah. Satu instrumen penilaian dengan bentuk bukan soal objektif dapat pula digunakan untuk mengukur 2 aspek sekaligus (pemahaman konsep dan penalaran-komunikasi), asalkan materi dalam instrumen bukan berupa pemecahan masalah.


e. Walaupun aspek-aspek kompetensi sebenarnya satu kesatuan namun ciri-ciri kemampuan tiap aspek dapat diidentifikasi. Hal itu sesuai dengan yang dijelaskan pada indikator-indikator pencapaian aspek dalam Peraturan Dirjen Dikdasmen tertanggal 11 November 2004 tentang Bentuk dan Spesifikasi Buku Laporan Perkembangan Anak Didik dan Buku Laporan Hasil Belajar Siswa. Mengingat hal itu maka tidaklah keliru bila disusun satu instrumen penilaian hanya untuk mengukur satu aspek kompetensi, asalkan penyusunannya mengacu pada indikator-indikator pencapaian aspek kompetensi yang bersesuaian (khas). Dalam hal ini harus dipahami bahwa satu instrumen penilaian yang mengukur hanya satu aspek kompetensi berarti ’utamanya’ mengukur satu aspek kompetensi.

f. Instrumen penilaian untuk mengukur kemampuan aspek pemahaman konsep dimungkinkan berbentuk soal objektif (pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan). Instrumen penilaian untuk mengukur kemampuan penalaran (saja) dimungkinkan berbentuk soal objektif, namun untuk aspek komunikasi haruslah bukan berbentuk soal objektif. Sesuai dengan indikator pencapaian aspek kompetensi pemecahan masalah pada Dirjen Dikdasmen tertanggal 11 November 2004 tentang Bentuk dan Spesifikasi Buku Laporan Perkembangan Anak Didik dan Buku Laporan Hasil Belajar Siswa maka seharusnya instrumen penilaian untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah tidak berbentuk soal objektif.

3. Apakah ciri-ciri instrumen penilaian yang utamanya mengukur kemampuan pemahaman konsep?

Instrumen penilaian yang utamanya mengukur kemampuan pemahaman konsep mengacu pada indikator pencapaian aspek pemahaman konsep.


Indikator pencapaian aspek pemahaman konsep adalah:
a. menyatakan ulang sebuah konsep,
b. mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya,
c. memberi contoh dan bukan contoh dari konsep,
d. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,
e. mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep,
f. menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu,
g. mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.

Catatan:
a. Setiap indikator pencapaian aspek pemahaman konsep berlaku tidak saling tergantung, namun antar indikator dapat dikombinasikan. Dengan demikian dapat disusun suatu instrumen penilaian yang sengaja hanya mengukur kemampuan siswa dalam memberi contoh dan bukan contoh konsep, atau hanya mengukur kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep, namun dapat pula disusun instrumen penilaian yang mengukur kemampuan siswa dalam memberi contoh dan bukan contoh konsep sekaligus mengukur kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep.
b. Dengan mencermati indikator-indikator tersebut dapatlah disimpulkan bahwa ciri dari instrumen penilaian yang utamanya mengukur kemampuan pemahaman konsep siswa SMP adalah instrumen penilaian yang mengukur kemampuan siswa dalam memahami kaidah-kaidah yang berlaku pada objek matematika berupa fakta, konsep, prinsip maupun skill (prosedur, algoritma) Pemahaman terhadap objek matematika apa saja yang diukur? Objek matematika yang dipelajari siswa SMP diuraikan dalam kurikulum mapel matematika SMP. Oleh karena itu materi pada instrumen penilaian yang utamanya mengukur kemampuan pemahaman konsep siswa SMP pasti (seharusnya) sudah dipelajari oleh setiap siswa di Indonesia.

4. Apakah ciri-ciri instrumen penilaian yang utamanya mengukur kemampuan penalaran dan komunikasi?
Instrumen penilaian yang utamanya mengukur kemampuan penalaran dan komunikasi mengacu pada indikator pencapaian aspek penalaran dan komunikasi.

Indikator pencapaian aspek penalaran dan komunikasi adalah:
a. menyajikan pernyataan matematika dengan lisan, tertulis, tabel, gambar, diagram (untuk komunikasi)
b. mengajukan dugaan,
c. melakukan manipulasi matematika,
d. menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi,
e. menarik kesimpulan dari pernyataan,
f. memeriksa kesahihan suatu argumen,
b. menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.
Catatan:
a. Setiap indikator pencapaian aspek penalaran dan komunikasi berlaku tidak saling tergantung, namun antar indikator dapat dikombinasikan. Dengan demikian dapat disusun suatu instrumen penilaian yang sengaja hanya mengukur kemampuan siswa dalam mengajukan dugaan, atau hanya mengukur kemampuan melakukan manipulasi matematika, namun dapat pula disusun instrumen penilaian yang mengukur kemampuan siswa dalam mengajukan dugaan sekaligus mengukur kemampuan melakukan manipulasi matematika.
b. Dengan mencermati indikator-indikator tersebut dapatlah disimpulkan bahwa ciri-ciri dari instrumen penilaian yang utamanya mengukur kemampuan penalaran dan komunikasi adalah instrumen penilaian yang menuntut siswa melakukan kegiatan menyelidiki/memeriksa kebenaran suatu pernyataan, menemukan, membuktikan, menyimpulkan (berdasar pernyataan-pernyataan yang diketahui), memanipulasi (fakta, konsep, prinsip, skill), menduga, memberi alasan logis. Selanjutnya tuntutan itu dikomunikasikan dengan cara lisan atau tertulis atau melalui tabel/diagram/grafik.
c. Sesuai dengan pengertian dari penalaran yaitu suatu proses atau aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat pernyataan baru yang benar berdasarkan pada pernyataan yang telah dibuktikan (diasumsikan) kebenarannya, maka soal-soal bentuk objektif kurang tepat digunakan untuk mengukur atau melatih kemampuan penalaran karena tidak dapat mendeteksi dengan baik proses berpikir siswa.
d. Aspek komunikasi dipasangkan dengan penalaran karena proses berpikir seseorang akan diketahui orang lain bila dikomunikasikan.

5. Apakah ciri-ciri instrumen penilaian yang utamanya mengukur kemampuan pemecahan masalah?
Pada Peraturan Dirjen Dikdasmen tertanggal 11 November 2004 tentang Bentuk dan Spesifikasi Buku Laporan Perkembangan Anak Didik dan Buku Laporan Hasil Belajar Siswa, dimuat indikator pencapaian kompetensi aspek pemecahan masalah, yaitu:
a. menunjukkan pemahaman masalah,
b. mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah,
c. menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai bentuk,
d. memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat,
e. mengembangkan strategi pemecahan masalah,
f. membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah dan
g. menyelesaikan masalah yang tidak rutin.
Catatan:
a. Bila indikator-indikator di atas dicermati maka indikator a s.d. f (6 indikator) merupakan satu kesatuan. Pengukuran kemampuan siswa memecahkan masalah menggunakan tolok ukur indikator a s.d. f. Siswa dikatakan mampu memecahkan masalah dengan baik bila semua tolok ukur yang dirumuskan pada indikator a s.d f dapat dipenuhi.
b. Indikator g (ke-7) menunjukkan adanya tuntutan bahwa instrumen penilaian yang utamanya mengukur kemampuan pemecahan masalah adalah instrumen penilaian yang menuntut siswa menggunakan prosedur yang tidak rutin dalam menyelesaikannya atau meresponnya. Prosedur rutin adalah prosedur yang secara konseptual wajib dipelajari semua siswa di manapun berada saat belajar matematika. Hal itu sesuai dengan pengertian pemecahan masalah dalam matematika, yaitu: pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Dengan demikian ciri dari penugasan berbentuk pemecahan masalah adalah: (1) ada tantangan dalam materi tugas atau soal (2) masalah tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan prosedur rutin (3) prosedur menyelesaikan masalah belum diketahui penjawab.
c. Mengingat syarat (1) dan (3) dari pemecahan masalah seperti yang diuraikan pada catatan bagian b di atas maka instrumen penilaian untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah hendaknya bersifat ’eksklusif’ terhadap kondisi siswa di tiap sekolah. Artinya, materi soal disesuaikan dengan kemampuan siswa dan prosedur menyelesaikan masalah (yang tidak rutin itu) ’dijamin’ belum diketahui siswa. Ini berarti tidak tepat bila soal-soal pemecahan masalah diterapkan kepada siswa dalam berbagai kalangan yang kondisinya relatif berbeda, misalnya diterapkan dalam ulangan umum sekabupaten yang kondisi siswanya relatif berbeda.

B. Contoh-contoh Instrumen Penilaian Aspek Pemahaman Konsep - Penalaran dan Komunikasi – Pemecahan Masalah

Berikut ini adalah contoh-contoh instrumen penilaian yang utamanya mengukur satu macam aspek:

Indikator (pencapaian kompetensi): Menghitung kuadrat dan akar kuadrat bilangan bulat (Kelas VII)

1. Soal yang utamanya mengukur kemampuan pemahaman konsep:
Bila x = a dan y = a maka = ….
Catatan: Untuk menyelesaikan soal di atas siswa menerapkan aturan menghitung
atau menarik akar kuadrat yang telah (wajib) dipelajari siswa.

2. Soal yang utamanya mengukur kemampuan penalaran dan komunikasi:
a. x = a dan y = a.
Apakah =lebih kecil dari y? Jelaskan alasan jawabanmu.
b. x = a dan y = a
Periksalah kebenaran pernyataan berikut ini dan jelaskan alasan jawabanmu.
lebih besar dari x”
lebih besar dari y”
Catatan: Penyelesaian soal a menuntut kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan berdasar data x dan y yang diketahui dan kemampuan memberikan alasan logis. Penyelesaian soal b menuntut kemampuan siswa dalam memeriksa kebenaran suatu argumen. Untuk menarik kesimpulan atau memeriksa kesahihan argumen, siswa menerapkan aturan menghitung atau menarik akar kuadrat yang telah (wajib) dipelajari.

3. Soal yang utamanya mengukur kemampuan pemecahan masalah:
x = a y = a z = x{ - }
Berapakah a bila z merupakan bilangan kuadrat antara 30 dan 40?
Catatan: Materi soal di atas tergolong soal pemecahan masalah karena nilai a tidak serta merta dapat diperoleh dengan menerapkan aturan menghitung kuadrat dan akar kuadrat bilangan bulat, namun terlebih dahulu harus melakukan manipulasi simbol-simbol dan menterjemahkan tuntutan lingkup bilangan a.

Berikut ini adalah contoh-contoh instrumen penilaian yang mengukur lebih dari satu macam aspek pada satu instrumen:

1. Contoh soal untuk mengukur aspek pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi:

Indikator: Menyelesaikan operasi tambah, kurang, kali, dari suku satu dan suku dua.

Contoh soal:
x² - y² = 10 dan x + y = 10. Apakah x – y lebih besar dari y? Jelaskan alasan
jawabanmu.
Catatan: Penyelesaian soal di atas menuntut pemahaman siswa dalam konsep perkalian suku dua, yaitu: (x +y)(x-y) = x² - y² (pemahaman konsep). Selain itu juga menuntut siswa menarik kesimpulan berdasar data yang diketahui kemudian mengkomunikasikannya (penalaran dan komunikasi).

2. Contoh soal untuk mengukur aspek pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi dan pemecahan masalah:

Indikator: Menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dan membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang melibatkan SPLDV

Contoh soal:
Dua tahun yang lalu umur Pak Ali lima kali umur anak pertamanya. Delapan tahun yang akan datang umur Pak Ali tiga kali umur anak pertamanya. Berapa umur Pak Ali dan anak pertamanya sekarang?.

Catatan: Materi soal di atas tergolong soal pemecahan masalah. Penyelesaian soal menuntut pemahaman siswa dalam konsep dan algoritma pada SPLDV (pemahaman konsep). Selain itu penyelesaian soal juga menuntut kemampuan melakukan manipulasi matematika yang melibatkan komunikasi tulis dan bila perlu diagram (penalaran dan komunikasi). Secara keseluruhan penyelesaian soal menuntut kemampuan pemecahan masalah karena siswa harus menerjemahkan masalah, membuat model matematika, memilih strategi pemecahan yang tepat dll.

Tidak ada komentar: